Kamis, 14 Februari 2013

Wijen "The Queen of Oil Seeds Crops"

gambar : sidomi.com
Wijen (Sesamum indicum L.) adalah semak semusim yang termasuk dalam famili Pedaliaceae. Tanaman ini dibudidayakan sebagai sumber minyak nabati, yang dikenal sebagai minyak wijen. Tanaman Wijen mempunyai beberapa keunggulan seperti tahan kering, mutu biji tetap baik walaupun ditanam pada lahan kurus dan dapat dibudidayakan secara ekstensif, mempunyai nilai ekonomi yang relatif tinggi dan dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain. Wijen merupakan penghasil minyak nabati yang banyak digunakan untuk aneka industri, seperti industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.

Sentra produksi wijen di Indonesia terletak di Jawa Tengah dan Jawa Timur, disamping itu juga dibudidayakan di Lampung, NTB, Sulawesi Selatan, NTT. Namun, Kebutuhan wijen di Indonesia masih belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, terbukti masih adanya impor biji dan minyak wijen setiap tahun, pada tahun 2007 impor biji wijen sebesar 2.862 ton dengan nilai US $1,28 juta dan minyak wijen 550 ton dengan nilai US $ 598 ribu.

Seluruh bagian tanaman wijen dapat dimanfaatkan, baik batang, daun maupun bijinya. Batang, daun dan bagian lainnya dapat dimanfaatkan sebagai biomassa yang jumlahnya mencapai 80% dari total bahan kering yang dapat menghasilkan bahan organik dalam tanah. Daun dapat juga dimanfaatkan sebagai lalap dan obat. Sedangkan biji wijen dimanfaatkan langsung dalam bentuk biji dan dapat pula diolah menjadi minyak wijen dan ampas (bungkil) wijen. Biji wijen dapat digunakan sebagai penambah kelezatan aneka kue seperti onde-onde, enteng-enteng wijen, kue basah dan lain-lain serta dapat juga digunakan sebagai obat.

Wijen mendapat julukan “The Queen of Oil Seeds Crops” yang mencerminkan biji wijen memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berdampak positif bagi konsumennya. Minyak wijen dapat digunakan sebagai bahan makanan, obat-obatan, kosmetik, penerangan, insektisida dan lain-lain. Sedangkan bungkil dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak. Minyak wijen sangat baik untuk dikonsumsi sehari-hari karena merupakan salah satu minyak nabati yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh tinggi yang mencapai 84 %. Asam lemak tidak jenuh berupa asam oleat dan linoleat yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya fungsi dan pertumbuhan normal semua jaringan.
-amindo-

sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian RI

Senin, 13 Februari 2012

Know the Black Rice

gambar : mediaindonesia.com
Banyak dari kita yang mungkin belum mengenal beras yang satu ini. Beras hitam -berbeda dengan ketan hitam-, beras lokal asli Indonesia yang ternyata memiliki rahasia dan khasiat keunggulan yang luar biasa. Di Indonesia beras hitam memiliki nama yang berbeda-beda tergantung di mana beras hitam tersebut berada. Beras hitam yang ada di Surakarta dikenal dengan nama "beras wulung". Menurut sejarahnya, dulunya beras wulung merupakan beras pilihan yang hanya ditanam dan dipergunakan dalam keraton Kasunanan Surakarta, serta khusus dikonsumsi di lingkungan para raja dan digunakan untuk jenis ritual tertentu. Di Sleman, beras hitam dikenal dengan nama, cempo ireng dan ada juga yang menyebut "beras jlitheng". Sedangkan di Bantul dikenal dengan "beras melik"

Sampai saat ini belum diketahui apakah sebenarnya beras hitam dengan nama sebutan yang berbeda-beda tersebut adalah satu varietas ataukah berbeda. Namun yang jelas, beras hitam ini memiliki keistimewaan-keistimewaan di antaranya rasanya yang enak, pulen dan wangi, serta memiliki kandungan nutrisi dan antocyanin tinggi yang sangat baik untuk kesehatan. Bahkan menurut sejarah orang China kuno telah mengenal beras hitam sebagai beras terlarang (forbidden rice), tidak boleh sembarang orang dapat memakannya, hanya kalangan istana dan orang tertentu saja yang boleh memakannya karena kaya kandungan nutrisinya yg sangat baik. Menurut penelitian di sana, beras hitam memiliki khasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Beras hitam di Cina sekarang berfungsi sebagai obat dan bahan pangan.

Beras hitam ini lebih mahal dari pada beras putih maupun beras merah, karena memang selain memiliki kelebihan pada kandungan gizinya, juga lebih sulit dalam pengelolaannya. Salah satunya karena umurnya sedikit lebih panjang daripada padi pada umumnya. Penanaman padi beras hitam dilakukan 20 hari lebih awal dari pada petani di sekitarnya yang tidak menanam beras hitam. Hal ini untuk mengantisipasi agar panen dapat dilakukan bersamaan. Artinya padi beras hitam ini berada di dalam hamparan padi lainnya yang siap panen sehingga burung tidak hanya menyerang di padi beras hitam. Di samping itu dalam proses penggilingan juga memerlukan perhatian khusus karena apabila proses penggilingan dibiarkan saja seperti padi putih pada umumnya maka beras hitam yang kita inginkan tidak akan terwujud.

Mengingat luar biasanya manfaat beras hitam baik bagi kelestarian keanekaragaman plasma nutfah dan untuk kesehatan maka marilah kita lestarikan. Bagaimana cara kita melestarikannya? Kita mulai dari diri kita
sendiri yaitu dengan mulai membudayakan untuk mengkonsumsi beras hitam, dengan demikian kebutuhan atau permintaan akan beras hitam meningkat dan pada akhirnya akan memotivasi petani untuk menanamnya sehingga lestarilah beras hitam warisan nenek moyang. Karena sekali punah maka plasma nutfah
beras hitam tersebut tidak akan bisa kembali. Kalau tidak kita mulai dari sekarang, kapan lagi ?
-amindo-

Selasa, 08 Maret 2011

Berkarya lewat STANSA (Sahabat Petani Sejahtera)

gambar : dok.pribadi
Pertanian merupakan sektor yang sangat vital dalam mewujudkan ketahanan pangan suatu negara. Peningkatan produksi tanaman pangan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang tinggi dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Peningkatan hasil produksi tanaman pangan dapat dilakukan dengan pola intensifikasi.

Melihat hal tersebut Danu Santoso dan Imam Wibisono, mahasiswa jurusan budidaya pertanian UGM beserta kedua temannya Bagas Prambudi (Peternakan) dan Titisari Juwitaningtyas (Teknologi Industri Pertanian) menggagas suatu program berbasis intensifikasi pertanian pada budidaya padi dengan mendeseminasikan teknologi SRI (System of Rice Intensification) kombinasi pertanian organik kepada masyarakat.Gagasan yang diusung oleh empat sekawan ini merupakan salah satu program hibah bersaing yang didanai oleh MITI (Masyarakat Ilmuwan Teknolog Indonesia) bekerjasama dengan Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia.

Program yang diberi nama STANSA (Sahabat Petani Sejahtera) ini dilaksanakan di Padukuhan Padon, Desa Sendang Rejo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman DIY. Program STANSA ini juga telah didukung oleh banyak stakeholder diantaranya CV. Pandawa Kencana, CV. Agroraya Madani, serta dukungan dari pemerintah daerah setempat. Kepala Padukuhan Padon, Bapak Nur Widada, menghendaki adanya pengembangan pertanian organik dan lebih spesifik lagi beliau menyampaikan ketertarikannya pada pengembangan beras organik di daerahnya.

Kondisi masyarakat petani secara umum di Padukuhan Padon cukup aktif dalam mengakses informasi dari luar. Baik dari pemerintah, swasta, pemodal, maupun perguruan tinggi. Bahkan saat ini, masyarakat di Padukuhan Padon telah mampu mengaplikasikan teknologi pembuatan pupuk organik cair dari limbah organik dan kotoran ternak secara mandiri, praktis dan ramah lingkungan.

Meskipun telah mampu mengelola pupuk organik sendiri, petani di Padukuhan Padon belum semuanya mengaplikasikan penggunaan pupuk organik tersebut bagi lahan pertanian mereka. Beberapa petani memang telah ada yang mencoba untuk menggunakan pupuk organik hasil produksi untuk diaplikasikan dilahan pertanian mereka. Hanya saja penggunaan ini secara bertahap dan masih menggunakan campuran pupuk kimia. Petani belum berani beralih berani ke organik murni karena takut hasilnya menurun drastis. Keresahan yang muncul ini diakibatkan masih minimnya pengetahuan mengenai budidaya padi secara organik.

Melalui program STANSA, diharapkan keresahan-keresahan yang dirasakan petani dapat diatasi. Program STANSA bertujuan membangun sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis agribisnis beras organik dengan menerapkan teknologi budidaya yang praktis serta mengoptimalkan potensi lokal yang ada. Sistem ini memungkinkan penghematan benih, air irigasi dan biaya produksi pada budidaya padi tanpa adanya input kimia sintetis sehingga mampu mewujudkan pertanian organik yang berkelanjutan.

Prinsip dasar yang diterapkan dalam aplikasi STANSA atau pertanian organik dengan teknologi SRI ini ialah dengan 3T JVP ( Tanam muda, Tanam satu, Tanam dangkal, Jarak Tanam Optimal, Varietas Unggul, dan Pupuk Organik). Dengan menggunakan metode tersebut diharapkan segenap potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu tanaman padi dapat optimal untuk memberikan hasil yang maksimal.

Program STANSA ini mulai direalisasikan pada akhir bulan September 2010 dengan pembuatan demonstrasi plot ± 3000 m2. Dari hasil pembuatan demonstrasi plot awal ini diharapkan mampu menguatkan keinginan masyarakat untuk bersama-sama membangun pertanian yang ramah lingkungan.
-amindo-