![]() |
gambar : sidomi.com |
Sentra produksi wijen di Indonesia terletak di Jawa Tengah dan Jawa Timur, disamping itu juga dibudidayakan di Lampung, NTB, Sulawesi Selatan, NTT. Namun, Kebutuhan wijen di Indonesia masih belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, terbukti masih adanya impor biji dan minyak wijen setiap tahun, pada tahun 2007 impor biji wijen sebesar 2.862 ton dengan nilai US $1,28 juta dan minyak wijen 550 ton dengan nilai US $ 598 ribu.
Seluruh bagian tanaman wijen dapat dimanfaatkan, baik batang, daun maupun bijinya. Batang, daun dan bagian lainnya dapat dimanfaatkan sebagai biomassa yang jumlahnya mencapai 80% dari total bahan kering yang dapat menghasilkan bahan organik dalam tanah. Daun dapat juga dimanfaatkan sebagai lalap dan obat. Sedangkan biji wijen dimanfaatkan langsung dalam bentuk biji dan dapat pula diolah menjadi minyak wijen dan ampas (bungkil) wijen. Biji wijen dapat digunakan sebagai penambah kelezatan aneka kue seperti onde-onde, enteng-enteng wijen, kue basah dan lain-lain serta dapat juga digunakan sebagai obat.
Wijen mendapat julukan “The Queen of Oil Seeds Crops” yang mencerminkan biji wijen memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berdampak positif bagi konsumennya. Minyak wijen dapat digunakan sebagai bahan makanan, obat-obatan, kosmetik, penerangan, insektisida dan lain-lain. Sedangkan bungkil dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak. Minyak wijen sangat baik untuk dikonsumsi sehari-hari karena merupakan salah satu minyak nabati yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh tinggi yang mencapai 84 %. Asam lemak tidak jenuh berupa asam oleat dan linoleat yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya fungsi dan pertumbuhan normal semua jaringan.
-amindo-
sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar